Nama lain stroke adalah Cerebrovascular Accident (CVA), diakibatkan oleh kerusakan bagian otak karena aliran darah yang tersumbat. Apa penyebab, gejala stroke, risiko, dan bagaimana mendiagnosis?
Penyakit yang mirip serangan iskemik sementara.
Otak Anda harus mendapat suplai darah setiap detik. Aliran darah menuju otak dapat mengalami gangguan akibat penyumbatan (trombosis atau embolisme) atau kebocoran (perdarahan) salah satu arteri di otak. CVA lebih sering terjadi pada pengidap darah tinggi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi. Orang dengan denyut jantung tidak teratur (fibrilasi atrium) juga lebih rawan terserang stroke. Seseorang yang telah terserang, bagian otak yang terserang tidak lagi berfungsi, dan mereka membutuhkan perawatan medis darurat.
Apa yang terjadi
Biasanya tidak ada tanda-tanda gejala stroke (CVA) akan terjadi, dan kalaupun ada, hanya sedikit. Jika terjadi maka penderita, bawalah cepat-cepat ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan untuk mencegah kerusakan otak permanen.
Penyumbatan menghentikan suplai darah ke area otak yang menyebabkan iskemia (kekurangan oksigen) dan akhirnya nekrosis (kematian jaringan)
Efek pasca-stroke berbeda-beda, bergantung pada letak dan tingkat kerusakan. Efeknya berkisar dari gejala sementara yang ringan, sampai cacat seumur hidup. Bila kerusakan yang terjadi pada otak cukup luas maka dapat menyebabkan koma dan kematian. Jika gejalanya hilang dalam waktu 24 jam, kondisi ini kita sebut sebagai serangan iskemik sementara (transient ischaemic attack, TIA), yang merupakan tanda peringatan stroke yang mungkin akan terjadi.
Seberapa sering terjadi
Di Inggris, setiap tahun, sekitar 100.000 orang terserang stroke dan risikonya semakin meningkat seiring usia. Penduduk Inggris yang berusia 70 tahun memiliki kemungkinan sekitar 100 kali atau lebih mendapat serangan daripada orang yang berusia 40 tahun. Walaupun jumlah kematian akibat penyakit ini telah menurun selama 50 tahun terakhir, namun tetap merupakan penyebab kematian ketiga setelah serangan jantung dan kanker.
Di Indonesia, prevalensi CVA tahun 2018 pada penduduk umur 15 tahun atau lebih sebesar 10,9%, atau sebanyak 2 juta lebih orang. Provinsi Kalimantan Timur (14,7%) dan DI Yogyakarta (14,6%) merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia.
Apa penyebab stroke
Sekitar separuh dari semua CVA terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dalam arteri otak. Proses ini adalah tromobosis serebrum.
Embolisme serebrum terjadi ketika fragmen gumpalan darah yang terbentuk pada bagian tubuh lain, misalnya di jantung atau arteri utama di leher, terbawa dalam darah dan tersangkut di arteri yang memasok darah ke otak. Hampir sepertiga dari semua stroke disebabkan oleh embolisme serebrum.
Perdarahan serebrum, yang menyebabkan seperlima dari semua CVA, terjadi ketika arteri yang mengaliri otak pecah da n merembes keluar meunju otak.
Gumpalan darah yang menyebabkan trombosis serebrum dan embolisme serebrum lebih mungkin terbentuk dalam arteri yang telah rusak akibat aterosklerosis, kondisi berupa tumpukan lemak (ateroma) pada dinding arteri. Faktor-faktor yang meningkatkan aterosklerosis adalah pola makan tinggi lemak, merokok, diabetes melitus, dan peningkatan kadar kolesterol darah.
Apa risikonya
Risiko embolisme, trombosis atau perdarahan serebrum menungkat akibat tekanan darah tinggi, ini harus mendapat pemeriksaan dan penanganan segera.
Embolisme serebrum mungkin merupakan komplikasi gangguan jantung seperti kelainan ritme jantung, kelainan katup jantung, dan serangan jantung yang belum lama terjadi. Semua hal ini dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di jantung.
Anemia sel bulan sabit, atau abnormalitas sel darah merah, juga meningkatkan risiko trombosis serebrum karena sel darah abnormal cenderung menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.
Kondisi yang lebih jarang terjadi adalah trombosis karena penyempitan arteri yang mengaliri otak akibat peradangan dalam kelainan autoimun. Misalnya, poliarteritis nodosa, yaitu penyerangan jaringantubuh yang sehat oleh sistem kekebalan tubuh itu sendiri.
Apa gejala stroke
Pada kebanyakan orang, gejala stroke berkembang cepat dalam hitungan menit atau bahkan detik. Gejala tepatnya bergantung pada daerah otak yang terserang. Gejala CVA mungkin berupa:
- rasa lemas atau ketidakmampuan menggerakkan salah satu sisi tubuh
- mati rasa pada salah satu sisi tubuh
- tremor, kikuk, atau kehilangan kontrol gerakan halus
- gangguan penglihatan, misalnya satu mata yang tidak dapat melihat
- bicara tak jelas
- kesulitan menukan kata-kata dan memahami omongan orang lain
- muntah-muntah, vertigo, dan kesulitan menjaga keseimbangan.
Stroke berat dapat menyebabkan penderita tidak sadar dan mengalami koma, bahkan meninggal dunia.
Bagaimana mendiagnosis stroke?
- Jika Anda mencurigai seseroang terkena stroke, bawalah dia cepat-cepat ke rumah sakit untuk menyebabkan penyebabnya dan memulai penangan.
- Pencitraan otak, melalui pemindaian, misalnya CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk mencari tahu apakah CVA disebabkan oleh perdarahan atau penyumbatan pembuluh darah.
- Dokter dapat meresepkan obat-obatan antihipertensi, yang membantu mengontrol tekanan darah tinggi, dan dosis harian aspirin, yang mengurangi risiko penggumpalan darah.
- Perokok harus segera berhenti merokok.
- Lemas dan ketidakmampuan bergerak dapat ditangani dengan fisioterapi.
- Terapi wicara dapat mengatasi masalah kesulitan berbicara.
- Obat antidepresan dan/atau konseling dapat membantu menangani depresi setelah stroke.
Baca juga: Aturan Penggunaan Obat yang Benar
Harapan
Penanganan faktor-faktor risiko, misalnya tekanan darah tinggi, akan menurunkan risiko stroke yang berpotensi fatal di masa depan. Dokter juga dapat memberikan obat penghancur gumpalan darah untuk melarutkan gumpalan.